Keluarga Islami
merupakan benih masyarakat Islami. Bagian penting dari benih itu adalah seorang
ibu. Seorang laki-laki shaleh tidak bisa membina keluarga yang baik dan bahagia
tanpa kehadiran seorang ibu yang shalehah yang bisa melahirkan anak-anak yang shaleh.
Seorang
penyair menggoreskan penanya dalam bentuk untaian syair,Ia berkata:
“ Kebaikan perilaku dan akhlaq anak diukur
Dari akhlaq dan perilaku ibunya.
Anak-anak perempuan yang berakhlaq luhur
Tidaklah sama dengan anak-anak perempuan yang
hina akhlaqnya.”
Agama Islam
sangat memperhatikan tempat janin (rahim) dari perempuan yang baik yang dapat
memberikan hasil dan menumbuhkan anak yang nantinya akan menjadi pembaru
bangsanya menuju kebaikan dan kekuatan. Seorang ibu memberi makan anaknya
dengan keimanan bercampur susu. Prinsip bercampur makanan. Membacakan anaknya
dzikir serta bershalawat atas Nabi Shallallhu’alaihi wa sallam yang mendorong
ketaqwaan dan kecintaan kepada Islam.
Akhlaq dan
perilaku ketika tua sesuai dengan keadaannya di masa pertumbuhannya. Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:”
تَخَيَّرُوا لِنُطَفِكُمْ وَانْكِحُوا الأَ كْفَا ءَ وَأَنْكِحُوا إِلَيِهِم
“Pilihlah tempat yang baik untuk nutfah(sperma ) kalian .
Nikahilah wanita-wanita yang sederajat (yang baik) dan nikahkan wanita dengan
laki-laki yang sekufu (sederajat).”
Imam Ali radhiyallahu’anhu berkata :
“Hindarilah menikah dengan
perempuan-perempuan bodoh. Mendampinginya bisa menimbukan bencana dan
menghamilinya akan menyebabkan kehilangan anak.”
Tema tentang
keibuan merupakan tema yang sangat penting karena pembahasan tersebut berkaitan
dengan kemampuan dalam mempersiapkan anak dan mencetak generasi masa depan.
Fokus terhadap ibu merupakan langkah pertama dan utama untuk memahami
perkembangan masa kanak-kanak dan mengetahui faktor-faktor efektif yang mempengaruhi kepribadiannya.
Seorang laki-laki harus memilih calon istri
yang bagus agamanya dan mulia budi pekertinya. Seorang laki-laki juga harus
mencari calon istri yang terpelajar dan terdidik,terutama dalam ilm pengetahuan
agama karena hal tersebut akan
membantunya dalam pengaturan keluarga dan rumah tangga dengan baik serta
membantunya dalam pendidikan anak dengan memberikan pendidikan yang baik.
Di sinilah
pentingnya kita membahas bahaya pernikahan dengan Non-Muslimah. Pernikahan
tersebut adalah ancaman kehancuran keluarga Islami karena biasanya anak-anak
sangat terpengaruh oleh ibunya. Pengaruh ibu terhadap anaknya dimulai saat
janin berada dalam perutnya. Kejiwaan janin akan tenang bila kejiwaan sang ibu
tenang, begitu juga janin akan mengalami ketidak tenangan jiwa bila ibunya
tidak tenang atau gelisah. Karena itu seorang ibu harus menghindari segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan jiwa dan hendaknya ia menerima
kehamilannya.
Di antara
pentingnya memilih istri yang shalehah yaitu bahwa ketika ia menjadi ibu kelak ia akan mendo’akan kebaikan untuk
anak-anaknya. Ibulah yang membentuk konsep cara berpikir dan konsep kepribadian
pada jiwa anak. Hal ini membuktikan betapa besar pengaruh ibu terhadap daya
emosianal anak. Kepribadian seseorang terus berkembang dari apa-apa yang
diberikan oleh orang lain sampai ia mempercayai kebenarannya. Pembentukan jati
diri yang baik dan akhlaq yang mulia merupakan hasil dari pendidikan ibu yang
bertanggung jawab terhadap tugasnya. Khususnya telah kita ketahui bahwa 80%
dari perilaku dan akhlaq anak sudah terbentuk ketika ia berusia 1-5 tahun. Anak
menjadikan ibunya sebagai teladan. Ibu sebagai pemberi kehangatan yang
mengharapkan kebaikan untuk anak-anaknya dan yakin dengan kemampuan dan bakat
mereka.
Para Ilmuwan
menegaskan bahwa ibulah yang pertama bertanggung jawab terhadap kecerdasan
anaknya terutama dengan ASInya yang
dapat menambah kecerdasan anak, kemudian pelatihan kecakapan kemandirian anak
dengan tidak mengekangnya.
Sungguh mengagumkan pengaruh seorang ibu
terhadap anaknya, termasuk pengaruh dari harapannya.